Minggu, 03 Agustus 2014

Review '3600 detik'

Mungkin saya sangat ketinggalan kalo nulis review novel yang terbit bertahun-tahun yang lalu. Tapi mungkin tidak ada salahnya kalau novel ini adalah novel bestseller yang saking populernya sampai diangkat menjadi film dan pemainnya adalah Steven William :D

Saya juga awalnya nggak tahu tentang novel ini. Sebuah iklan di salah satu channel televisi swasta (yang saya kira akan segera ditayangkan di TV tsb :P) membuatku tertarik saat melihat bahwa film itu diangkat dari novel.

Segera saja saya mencari segala sesuatu tentang novel itu. Banyak blogger yang sudah menulis review mereka tentang novel 3600 detik dan saya simpulkan bahwa novel ini sangat menarik. Entah itu gaya penulisannya atau pesannya. Makanya saya makin penasaran.

Karena saya orangnya paling pelit kalo disuruh beli novel, jadi saya download aja novel ini di internet (versi e-book nya gitu)

Awalnya saya agak kecewa dengan gaya penulisan kak Charon yang agak terlalu cepat. Saya pribadi menyukai gaya penulisan yang global. Gimana seorang Sandra itu mengekspresikan emosinya saat sahabat terbaiknya Leon akan dioperasi menurutku kurang tereksplor. Dan juga saat-saat Sandra mengajak Leon bersenang-senang di taman bermain yang menjadi sentral penceritaan dan menjadi judul dari novel tersebut, menurut saya kurang panjang dan mendetail.

Setelah saya membaca keseluruhan, baru saya mengerti. Novel ini sarat amanat yang bisa kita petik. Bagaimana seorang gadis nakal seperti sandra bisa termotivasi menjadi mahasiswi kedokteran akhirnya. Itulah yang membuat novel ini mendapat nilai plusnya. Salah satu quote yang saya suka adalah "tidak semua hal yang kita inginkan akan selalu kita dapatkan". Quote ini disampaikan Sandra berulangkali dan menurut saya inilah amanat yang menjadi sentral ceritanya.

Mungkin novel ini adalah novel teenlit yang kaya akan makna yang dapat kita ambil. Ide penulisan novel ini sangat bagus dan akan lebih bagus lagi jika di tambah dengan cara penulisan yang runtut dan apik, tidak terlalu tergesa-gesa dan dapat menceritakan semua perasaan dan jalan cerita yang dialami oleh para tokohnya.

Saya tidak tahu apakah itu adalah cetak asli dari novel 3600 detik atau tidak. Saya menulis review saya berdasarkan ebook yang saya download jadi kalau ada yang kurang berkenan  sama pembaca mohon dimaafkan ya. Maaf juga apabila kata-kata yang saya gunakan menyinggung pembaca. Keep reading guys !!!!

Minggu, 11 Mei 2014

PMR Snambles Borong 7 Piala


Sore tadi menjadi sore yang berkesan bagi anggota PMR SMPN 16 Pontianak. Bagaimana tidak, mereka memboyong 7 piala termasuk piala bergilir dalam PMR Competition yang digelar oleh PMR SMAN 2 Pontianak dari tanggal 9-11 Mei 2014. 

Piala yang mereka borong masing-masing Juara 1 dan 2 Lomba Asah Terampil, Juara 1 dan 2 Lomba Pertolongan Pertama, Juara 1 dan 3 Lomba Tandu darurat serta satu piala bergilir PMR Madya putri.
Dalam pertandingan tersebut PMR Snambles memang hanya menurunkan regu putri. Ini dikarenakan anggota PMR putra tidak mencukupi untuk lomba tersebut. Walaupun begitu, antusiasme dan semangat PMR Snambles tidak berkurang, di hari pertama dan hari ini mereka tetap semangat mengikuti perlombaan. 

Devika, salah satu peserta dari PMR Snambles mengaku sedikit pesimis untuk memenangkan lomba yang ia ikuti. Namun semua rasa ragu itu lenyap tatkala panitia menyebutkan regunya sebagai juara 2 Lomba Pertolongan Pertama. Raut wajah senang dan puas juga tergambar dari anggota PMR yang lain, baik senior maupun junior yang datang pada hari ini. Pembina PMR Snambles, Bang Agus dan Kak Sri juga ikut senang melihat prestasi mereka. 

Usaha mereka ternyata tidak sia-sia. Setelah berlatih keras, mereka memetik hasilnya sekarang. PMR Snambles memang terkenal sering memboyong piala ketika mengikuti suatu perlombaan. Sebut saja tahun lalu mereka meraih lima piala pada HKPMS yang diadakan KSR Untan. Lalu pada tahun 2011, salah satu perwakilan PMR Snambles, Kak Indri berhasil mewakili kalbar hingga ke Gorontalo.

Semoga PMR Snambles selalu dan tetap mempertahankan dan meningkatkan prestasinya. Bukan hanya PMR Snambles yang bangga, tapi seluruh keluarga SMPN 16 Pontianak pun akan bangga. Tetap Jaya PMR Snambles !!!

PMR Snambles Heboh

Seperti biasa, jika mengikuti sebuah perlombaan bukan PMR Snambles kalau tidak menjadi sekolah paling heboh dengan segudang prestasi yang diraih. 

Dari pagi, mereka sudah siap untuk mengikuti Lomba Asah Terampil. Tak lupa mereka juga membawa sebuah galon, rebana, dan sebuah sendok sayur untuk memeriahkan acara. Waduh... aneh-aneh ya.. tapi tidak masalah, karena dengan begitu PMR Snambles tetap semangat dan semakin memeriahkan acara.

Apalagi saat diumumkan bahwa PMR Snambles yang keluar sebagai juara, Bang Agus langsung memimpin semua anak buahnya dengan meneriakkan kata ENAM BELAS. Suasana pun riuh dan meriah.

PMR Competition meriah

PMR Competition diadakan selama tiga hari berturut-turut dengan berbagai perlombaan tingkat Madya dan Wira. Di hari pertama, diawali dengan upacara pembukaan dan dilanjutkan lomba Tandu Darurat dan Lomba Pertolongan Pertama tingkat Madya atau SMP.

Dihari kedua, lomba yang digelar adalah lomba yang sama denganhari pertama namun di tingkat yang berbeda yaitu tingkat Wira.
 
Terakhir, acara penutupan PMR Competition cukup meriah dengan ditampilkannya band yang memanjakan telinga peserta dengan lagu-lagu yang mereka mainkan. Setelah itu tampil lah Grup Marching Band SMAN 2 Pontianak. Lanjut dengan pengumuman pemenangnya.

Berikut juara umum di tiap tingkatan :
Putra Madya : SMPN 1 Pontianak
Putri Madya  : SMPN 16 Pontianak
Putra dan Putri Wira : SMAN 7 Pontianak

-Aisya-

Sabtu, 10 Mei 2014

Fuyu no Sukafu

Dua menit lagi..

Yui melirik jam dinding sementara jarinya masih berkutat dengan jarum dan benang rajut. Sebuah syal hangat yang hampir jadi terlihat di pangkuannya. Yui melirik jam untuk kesekian kalinya. Dengan satu sentakan, Yui memutus benang wol terakhir.

Lima belas menit lagi…

Yui segera mengenakan jaket hangatnya dan mengambil sepeda tuanya di garasi. Tak lupa syal hangat itu ia bawa.  Angin musim dingin menerpa wajahnya, dia menggigil. Yui lalu mengayuh sepedanya dengan kecepatan tinggi. Tak peduli hari semakin gelap dan dingin.

Tok..Tok..Tok..

Yui memandang pintu besar yang terbuka di depannya. “Kau terlambat, Yui. Ichi sudah pergi. Semenit yang lalu.” Seorang gadis cantik tersenyum mengejek padanya.

Setelah mengucap salam, Yui merasa sebagian semangatnya menguap dan menyatu dengan dinginnya udara. Dia membawa sepedanya ke sebuah taman. Taman yang membuatnya rela belajar merajut demi seseorang. Seseorang yang sekarang telah pergi.


Yui menatap syal hangat buatannya. Syal yang ia buat dengan sepenuh hati. Tanpa bisa ia tahan, air matanya jatuh. Sepertinya langit tahu, seketika itu juga salju pertama jatuh. Menemani Yui tanpa bisa seorangpun mencegah.

Ada yang pernah ngalamin kayak gitu ? 

West Drama Vs East Drama #2

Sekarang kita lanjut lagi ngebahas perbedaan antara drama dari dua negara kemarin.

Jumlah Episode

Dari survey yang aku lakukan (hahaha padahal cuma nonton beberapa) jumlah episode A-Drama jauh lebih banyak daripada K-Drama. Malahan bisa sampai 10 season untuk satu judul drama. Ya.. jadi gini A-Drama biasanya memakai sistem season. Season 1, season 2, dan seterusnya. Jadi misalnya pas pertama kali tampil latarnya anak sekolahan, nanti bisa sampai anak kuliahan trus lulus. Gitu deh. Aku pernah kepikiran, emangnya nggak bosen yang nulis skripnya tuh ?

Sedangkan kalo K-Drama biasanya berkisar 20-an episodenya. Makanya kalo mau nonton K-Drama nggak perlu waktu lama nyelesaiinnya. Kalo kamu rajin nonton, 4 hari aja bisa tuntas.

Tema 

K-Drama biasanya membahas konflik keluarga atau nggak perjuangan hidup plus cerita romantisnya. Latarnya pun biasanya menunjukkan keindahan alam negara korea sendiri.
Berbeda dengan A-Drama yang menampilkan konflik yang lebih berani cenderung kejam. Misalnya pas adegan ngebully sampai anaknya kayak takut banget. Inilah yang menampilkan kehidupan amerika secara realitasnya (mungkin). Selain itu, menampilkan kehidupan amerika yang kejam sekaligus bebas.

Bahasa

Yang ini memang nggak perlu dibahas karena kalian semua tahu kalo bahasa dari kedua negara itu emang berbeda. *Plak

Dah segitu dulu ya.. Moga bermanfaat...

Jumat, 09 Mei 2014

West Drama Vs East Drama #1

Di pertelevisian Indonesia banyak beredar drama-drama Indonesia atau yang lazim kita sebut sinetron. Mulai dari yang baru tayang sampai yang udah beratus-ratus episode. Kali ini aku nggak akan ngebahas sinetron Indonesia secara khusus tapi aku mau nunjukkin perbedaan drama-drama asia jika dibandingkan dengan drama-drama amerika dan eropa. 

Aku nggak jauh-jauh ngambil sampel atau contohnya. Untuk drama asia aku ngambil contoh drama korea atau K-Drama (yang suka K-Drama mana sorakannya ?) dan untuk drama Barat aku pilih drama Amerika (kita singkat aja menjadi A-Drama)

Yuk lihat gimana perbedaannya antara drama dua negara itu. Dan apakah Indonesia memiliki kekhasan tersendiri atau malah mengikuti drama dari salah satu negara ini ? daripada bingung langsung aja Cekidot...

Tokoh dan Alurnya

Jelas banget kan perbedaannya ? Kalo K-Drama pasti orangnya orang asia, mata sipit, kulit putih, dan ciri-ciri orang asia lainnya. Sedangkan A-Drama menampilkan orang-orang dari berbagai suku bangsa karena Amerika termasuk negara multikultural. Itu sih namanya pemainnya *Plak. 

Oke...oke kita kembali ke topik. Biasanya tokoh K-Drama menampilkan tokoh-tokoh yang saling berkaitan satu sama lain. Contohnya jika si A mempunyai teman yaitu si B, lalu ada lagi tokoh si C yang awalnya teman biasa si A ternyata kenal baik dengan si B. Saling berkaitan kan ? Selanjutnya tokoh utamanya biasanya adalah tokoh yang baik dan cantik namun karena suatu alasan yang nggak jelas pasti punya nasib yang jelek ataupun sebaliknya. Contohnya aja K-Drama The Heirs. Cha Eun Sang memiliki wajah cantik dan imut tapi dia harus bekerja untuk dia dan ibunya yang miskin.

Kalau A-Drama menampilkan tokoh utamanya nggak mesti baik. Bisa aja ternyata yang disorot ternyata tokoh yang jahat dan kejam. 

Alurnya juga agak beda, jelas banget karena budayanya aja beda. A-Drama sedikit lebih vulgar ceritanya dan lebih bebas pergaulannya. Jadi nggak heran klo lagi nonton A-Drama pasti ada aja adegan kissing nya. Ini ndak menutup kemungkinan klo K-Drama nggak ada adegan kissingnya, dikarenakan proses globalisasi yang meluas, dampak pergaulan bebas sudah menyentuh negara-negara asia seperti Korea Selatan.

-Aisya-

That Last Word #3

“Aku suka kamu.” Salsha menahan langkahnya saat mendengar perkataan itu. Dia berusaha menajamkan pendengarannya. Dua sosok yang berbeda terlihat sedang berhadapan. Salsha yang dasarnya selalu pengen tahu mendekat dan bersembunyi di balik pohon.

“Terus ? Aku tidak suka kamu.”

“Memangnya aku kurang apa ? Kurang cantik ? Kurang kaya ?”

Tak ada jawaban. Salsha melihat dari balik pohon. Dia tidak mengenali dua orang itu sampai salah satunya membalikkan badan tepat menghadap Salsha. Dan saat itulah dia menahan nafas.

“Karena…” Deni memandang langit. “Aku tidak mau menerima barang bekas dan aku juga tidak mau menjadi barang bekas.”

“Apa maksudmu ? Aku barang bekas ? Jangan asal ngomong,” Juniel mulai marah.

“Terserah kamu mau mengartikannya apa.”

Salsha menghembuskan nafas yang sempat ia tahan. Kalimat terakhir Deni sangat mengejutkan. Bagaimana bisa dia menyebut Juniel barang bekas ? Salsha terduduk sambil memikirkan kalimat itu. Juniel memang terkenal sering gonta-ganti pacar, tapi tidak sebegitunya juga kan ? Salsha merasa sebagian hatinya setuju dengan kalimat itu. Tapi sebagai perempuan, Salsha juga tidak terima jika dikatakan begitu.

“Hei…”

Salsha terjatuh untuk kedua kalinya. Deni sedang berdiri di hadapannya dengan senyum lebar miliknya.

“Dengerin apa aja ?” Deni mengulurkan tangannya.

Salsha hanya bisa tersenyum malu. Ia memandang Deni lalu menyambut tangannya. “Maaf.”

“Kalau mau dengerin orang ngomong, langsung aja ngelihat, ndak perlu sembunyi di sini,” ujar Deni ringan seakan itu boleh dilakukan tadi.

“Jangan gitu dong.” Salsha jadi merasa bersalah. “Maaf deh.”

“Bukan apa-apa.” Deni melihat jam tangannya sambil bergumam tak jelas. “Sebaiknya aku pergi.”

Salsha tidak tahu, ini namanya takdir, kebetulan, keberuntungan, atau kesialan. Hampir setiap hari dia bertemu Deni dan itu bukanlah pertemuan yangmenyenangkan. Hampir setiap mereka, Deni selalu muncul dengan cara yang mengejutkan Salsha, dan kalau sudah begini, Salsha bakal jatuh.

Bukan hanya cara pertemuannya saja yang membuat Salsha selalu was-was. Tapi sejak hari itu, dia tidak pernah berhenti memikirkan perkataan Deni. Timbul satu penilaian lagi dalam diri Salsha, Deni ternyata memiliki darkside yang cukup menakutkan sekaligus cool. Salsha yang notabene belum pacaran jadi mendapat sedikit pencerahan.

Ya.. setiap hari Salsha selalu bertemu dengannya dan satu hal lagi yang salsha benci saat mereka bertemu adalah panggilan adik manis untuknya. Berkali-kali Salsha menegurnya, bahkan memarahinya tapi tetap saja Deni tak berubah. Dia berdalih kalau panggilan itu sangat cocok dengan Salsha.

“Sudahlah, terima saja kok susah. Panggilan itu sudah paling manis lho. Jangan marah ya adik manis,” kata Deni tenang sambil mengacak-acak kerudung Salsha.

“Jangan pakai aksi ngeberantain kerudungku juga dong,” sahut salsha kesal. Tangannya sibuk merapikan kerudungnya yang berantakan.

Namun akhir-akhir ini, Salsha sudah jarang melihatnya. Kalaupun melihat, Deni pasti langsung menghindar. Deni kelihatan sering melamun sambil memandang pohon besar di belakang sekolah. Salsha tak bisa menebak apa yang tersembunyi di balik mata teduhnya. Antara putus asa dan sedih.

Salsha tidak ingin memikirkannya, tapi selalu ia merasa resah. Pernah tercetus di benaknya, apakah dia khawatir ? Ya, tidak salah kan kita khawatir saat melihat teman kita sedih.

“Boleh kita bicara sebentar ?”  gelagat Deni hari ini sangat berbeda. Dia lebih pendiam, lebih dingin dan tidak ada senyum seperti biasa.

“Ya ?” Salsha yang baru pulang sekolah sedikit bingung dan aneh melihat Deni saat ini.

“Ikut aku.”

Salsha menaikkan satu alisnya, bingung mau ngapain, akhirnya dia menuruti perintah Deni. Siapa tahu ini penting.

Salsha mengikuti Deni ke sebuah tempat. Tempat yang mengingatkannya akan sesuatu. Sebuah pohon besar dan rimbun menaungi mereka dari terpaan sinar matahari yang panas. Salsha terus mengingat sementara Deni sudah duduk di atas rerumputan.

“Bukankah ini tempat pertama kita bertemu ?”

“Ya. Tempat kau memata-mataiku,” jawab Deni hangat, seperti seseorang yang sama sekali berbeda dari yang tadi. Mendengar nada suara Deni yang melunak, Salsha menjadi nyaman. Dia ikut duduk di sampingnya.

“Jadi, ngapain kita di sini ?”

“Aku pengen ngasih kamu sesuatu.” Deni merogoh saku bajunya dan mengeluarkan sebuah kalung berbandul hati kayu yang terukir sesuatu di situ. “Ini untuk kamu. Tolong dijaga ya.”

Salsha takjub memandang kalung itu. “AM ? Apaan tuh ?” tanyanya saat melihat ukiran tulisan di bandul kalung.

“Jangan dilihat aja dong. Nih ambil.” Deni menggenggamkan kalung itu ke tangan Salsha. Lalu melanjutkan, 

“AM itu singkatan dari Adik Manis. Cantik kan ?”

“Ya cantik,” ujar Salsha masih takjub dengan kalung yang ada di genggamannya. Tetapi raut wajahnya langsung berubah drastis. “Apa ? Adik Manis ? Kenapa harus nama itu sih ?

“Jadi ndak mau nih ?”

“Eh.. Mau.. Mau.. Maksudku bukan begitu.”

“Aku akan pergi ke Korea.”

“Korea ? Ngapain ? Mau jadi artis ya ? Boyband macam EXO tuh ?” Salsha tersenyum lucu membayangkan jika semua itu terjadi.

Deni juga ikut tersenyum mendengarnya, “Jika kamu berpikir begitu, anggap saja begitu.”
Sejenak mereka terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Angin sore berhembus lembut. Tiba-tiba keheningan itu dipecah oleh suara Deni. “Aku suka kamu.”

“Apa ?”

Salsha merasa pendengarannya sudah terganggu. Apakah Deni bilang kalau dia suka padanya ? Apakah dia sedang berkhayal ?

“Kamu tidak sedang berkhayal. Itulah yang kau dengar.”

“Tapi…” Salsha memikirkan kata-kata yang sesuai. “Bukankah kamu ndak mau pacaran ?”

“Siapa bilang kita pacaran ? Aku hanya mengungkapkan apa yang kupikir selama ini. Lagipula kemungkinan besar kita tidak akan…” Deni memberi jeda, lalu berkata dengan pelan. “Bertemu lagi.”
 ***

Salsha sama sekali tidak mendengarkan penjelasan dosennya. Dia melamun lagi. Teman-temannya sudah hapal betul kebiasaan Salsha saat dia melamun. Posisi khas, satu tangan menahan dagu, satu tangannya lagi asyik mencoret-coret kertas tidak jelas. Sedangkan pandangannya pasti ke arah luar jendela.

“Salsha, coba jelaskan yang dimaksud karies gigi ?”

Salsha tidak menjawab dan masih asyik melamun. Rupanya sang dosen tahu kebiasaan mahasiswinya satu ini. Beliau kembali bertanya sambil tangannya mengetuk-ngetuk meja Salsha. “Salsha.. Salsha.. melamun lagi kamu.”


Salsha langsung terkejut mendengar teguran dosennya. “Maaf bu,” katanya dengan kepala menunduk. Ia masih memikirkan lamunanya. Digenggamnya kalung yang menggantung anggun di lehernya. Kata-kata terakhir yang diucapkan sang pemberi kalung belum sekalipun ia lupakan. “Aku percaya jika kita akan betemu lagi, entah itu kapan. Tapi aku tetap percaya, Deni,” bisiknya.

Kunci Palsu ? No !!!!

Tak terasa udah hampir tiga tahun aku menempuh pendidikan menengah pertama. Sebelumnya aku merasa pengen cepat-cepat lulus dan melanjutkan ke sekolah baru dengan suasana dan teman-teman baru disana. Dan sekarang pun begitu, hehehe.

Ujian nasional sebagai syarat kelulusan memang udah kulalui dan begitu juga dengan beribu-ribu murid SMP sederajat di seluruh Indonesia. Kamu yang sekarang duduk di kelas IX juga udah kan ?

Bagaimana perasaanmu sebelum dan sesudah UN ? Apakah berbeda atau sama aja ? Sebelum UN pasti kita merasa gugup dan takut, apalagi dengan diisukannya soal-soal UN tahun ini bertambah sulit jika dibandingkan dengan tahun lalu. Sesiap apapun kita, pasti ada sesuatu yang beda yang kita rasakan. Betul nggak ?

Sesudahnya kita dihadapkan dengan rasa takut lainnya. Rasa takut dan was-was jika nilai UN kita dibawah harapan. Ketakutan jika tidak bisa masuk ke SMA yang kita inginkan. Aku pun mempunyai SMA yang sudah aku bidik malah sebelum UN. SMA favorit tentunya. Kamu juga boleh berharap seperti yang kulakukan. Karena dengan impian itu kita bisa terdorong untuk berusaha lebih keras lagi.

Nah, bicara tentang usaha. Kamu melakukan usaha apa aja untuk menggapai impianmu itu ? Sebagian besar akan menjawab belajar dong ya, emang mau ngapain lagi. Itu termasuk usaha umum yang dilakukan seluruh orang di dunia jika akan menghadapi Ujian Negara. Tapi yang akan aku bahas di sini bukan sekedar usaha umum dan biasa seperti tadi.

Pernah kan kamu mendengar tentang Kunci Jawaban UN yang dijual oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Untuk orang yang nggak percaya sama kemampuan dirinya sendiri, pasti akan tergiur. harganya tidak tanggung-tanggung untuk satu paket Kunci Jawaban per mata pelajaran. Dari informasi yang aku dengar, harganya berkisar dari Rp. 50.000 hingga Rp. 1 juta lebih. Lumayan mahal atau malah sepadan untuk mendapatkan nilai yang kamu inginkan.

Ternyata kunci yang dijual tidak hanya terdiri dari satu varian aja karena pemerintah sudah mengumumkan akan membuat dua puluh paket soal yang berbeda. Praktis, budaya contek-mencontek yang udah dilakukan turun temurun tidak bisa dipakai disaat itu. Hahaha... menyontek kok dibilang budaya. Eits.. jangan salah di sekolah itu pasti akan ada yang menyontek. Syukur-syukur hanya dua atau tiga orang. Lah ini hampir semuanya. Kalau dibilangin pasti mereka marah. Aduh... gimana Indonesia mau bebas korupsi kalo generasi mudanya aja udah nggak jujur dari kecil..

Segala usaha dilakukan untuk mendapat nilai bagus. Bagi yang memakai cara aman dan halal terus pertahankan cara itu. Tuhan akan memberi berkah untuk setiap usaha yang kita lakukan dengan cara yang benar dan halal, jangan lupa berdoa juga, itu yang paling penting.

Untuk yang belum, percayalah pada dirimu. Kunci yang beredar bisa jadi malah membuatmu mendapat nilai yang jauh dari harapan. Yang penting usaha keras, berdoa, dan tawakal. Semua yang diberikan Tuhan pasti adalah pilihan terbaik untukmu. Semua orang memiliki jalannya sendiri dalam hidup ini. Percayalah !!!!

-Aisya-

Rabu, 09 April 2014

That Last Word #2

“Pena kamu ketemu ?” Gita bertanya keesokan harinya.

“Hm…” Salsha hanya bisa mengangguk selagi ia menelan makanan.

“Bagus deh.” Gita memesan makanan dan duduk di hadapan Salsha. “Jadi, apa kata Deni ?”

“Katanya..” Salsa menghabiskan minumannya. “Sama-sama adik manis.” Salsha merengut kesal mengingat kejadian kemarin.

“Apa ? dia bilang kamu adik manis ? Sebaiknya kamu memang harus menambah tinggi beberapa senti deh.”

“Kenapa harus aku ? Dia aja yang tingginya ngalahin tiang listrik.” Salsha menusuk-nusuk bakso yang tersisa satu di mangkok. Makin kesal.

Gita geleng-geleng kepala melihat tingkah temannya. Mau apa lagi. Salsha memang cewek terchibi di sekolahnya. Maksudnya terkecil plus terimut. Makanya tak heran, hampir sering ia terima perlakuan seperti anak kecil. Padahal sebentar lagi, Salsha bakal lulus SMA dan kuliah.

Salsha memandang ke sekeliling kantin, mencoba mencari objek  menarik. Matanya tertuju pada sekelompok anak lelaki yang sedang mengobrol dan salah satunya adalah Deni. Penampilannya masih sama seperti kemarin, berantakan dan tidak rapi. Senyumnya pun tak pernah lepas dari bibirnya. Sama persis seperti kemarin.

Tapi baru hari ini ia sadar kalau ternyata Deni bukan anak belagu yang sering bikin masalah. Dia malah terkesan ramah dan pandai bergaul.

Salsha mengerutkan kening tatkala melihat Juniel, cewek terpopuler di sekolahnya mendekat kea rah Deni. Mau apa dia, batin Salsha.

Dari gelagat dan tingkah laku Juniel yang Salsha lihat. Jelas sekali kalau Juniel berusaha membuat Deni tertarik padanya, tapi Deni malah berkali-kali menjauhi Juniel.

“Juniel, udah dong. Jangan dekat-dekat,” ujar Deni akhirnya.

“Kenapa sih ? Emang aku salah ?”


Deni tidak menjawab, tapi tetap terlihat risih. Akhirnya Deni menyerah, dia bangkit dan pergi.


Senin, 24 Maret 2014

Diary Yuri

Pemeran Drama “Diary Yuri”









Miranda Yuri diperankan oleh Maya Sariyani.
Cewek yang sedikit keturunan Jepang ini termasuk cewek yang kalem. Dia dan kedua sahabatnya- Alia dan Faras- yang lain sudah bersahabat sejak TK, maka tak heran mereka selalu bersama.
Mira sangat berbakat dalam bermain piano. Dia belajar piano dari kakaknya yang sekarang tinggal di Jepang. Dia bahkan mempunyai channel pribadi di Youtube. Channel yang bernama Yuri M ini berisi permainan piano tunggalnya. Namun, selama dua tahun dia aktif memasukkan videonya ke youtube tak satupun sahabatnya tahu. Hanya satu orang di sekolahnya yang tahu, dialah Gio.
Saat ini Mira sedang menghadapi perpecahan keluarga. Ayah dan Ibunya akan bercerai dan Mira akan ikut ayahnya ke Australia. Karena Gio pernah sekolah di sana, mereka pun menjadi teman bicara yang cukup dekat.

Gio Fernandes diperankan oleh Garry Marpahiko
Cowok ganteng tapi dingin dan cuek ini adalah siswa pindahan dari Australia. Gio adalah sepupu Airi. Gio menjadi sedikit lunak hanya kepada Mira. Dia merasa sangat senang bisa bertemu Yuri (Mira). Gio sangat pandai bermain gitar sehingga tak butuh waktu lama dia menjadi idola sekolah dan bergabung ke grup band sekolah.

Airi Fernanda diperankan oleh Aisya Rezki Noeriman
Cewek berkerudung ini gampang marah tapi juga peduli dengan orang di sekitarnya. Airi adalah sepupu Gio makanya nama mereka rada-rada mirip. Ibu Airi adalah adik Ayah Gio, jadi Gio adalah abang sepupunya yang satu tahun lebih tua. Meski Airi termasuk muda dari teman-temannya, dia tidak pernah malu apalagi segan sama anggota-anggota Trihitz yang sering iri melihat mereka selalu akrab. Oh ya, Airi berteman akrab dengan Candra karena mereka sama-sama usil dan jahil.

Faras Swastika diperankan oleh Fera Apriliani
Paling dewasa dan paling sabar. Satu kalimat itu sangat mencerminkan Faras. Dengan sabarnya dia menghadapi tingkah keempat temannya yang kadang aneh bin ajaib.

Candra Dellandra diperankan oleh Cici Solikha
Cewek tapi gayanya mirip cowok. Jika kamu mencari orang seperti itu, Candralah orangnya. Orangnya supel dan asyik diajak ngobrol. Chandra adalah penabuh drum band sekolahnya. Meski begitu, dia juga pandai bermain gitar.

Alia Nuha diperankan oleh Ajeng Maula Ningrum
Alia termasuk tipikal cewek kutu buku. Hal yang disukainya adalah buku. Tak heran dimanapun dia berada buku pasti ada di genggamannya. Kebiasaannya ini membuatnya menjadi bijaksana dengan tampilan luar yang acuh tak acuh.

Anggota Trihitz
Isabella Kim diperankan oleh Ismaulidya
Cewek keturunan Jerman-korea-indonesia ini adalah pemimpin Trihitz. Orangtuanya sangat kaya sehingga dia menjadi sombong. Meski begitu, kedua orangtuanya sering keluar negeri dan membuat Isabella kesepian.

Eliza Sofie diperankan oleh Erika
Salah satu anak buah Isabellala. Dia cantik dan sangat berbakat di bidang modelling dan akting. Eliza termasuk cewek yang gampang suka sama cowok ganteng. Tak heran, daftar mantan pacarnya banyak banget. Cewek satu ini juga sangat penakut.

Kristal Wyne diperankan oleh Putri Kemala Sari
Orangnya paling sederhana di banding ketiga temannya yang lain. Tapi jangan lihat luarnya dulu. Saat dia bernyanyi dan menari, kalian pasti terpesona. Kristal sangat jutek dan kasar kepada Mira dan teman-temannya, tapi dia juga sangat melihat kondisi sekitar kalau memang mau ngebully mereka.




Babak I
(Panggung menggambarkan suasana kantin yang penuh sesak)
Narator            : Banyak anak sekolah menghabiskan waktu istirahatnya dengan mengobrol di kantin. Begitu juga dengan empat sahabat ini. Airi, Faras, Mira, dan Alia.
Airi                  : Jadi, kalian pesan apa ?
Faras                : Aku seperti biasa aja.
Mira                 : Aku jus alpukat, ya.
Airi                  : Al, kalau kamu ?
Alia                 : (Asyik membaca buku)
Airi                  : Oh, ayolah. Tak bisakah kau berhenti membaca buku itu. Kita lagi di kantin nih (dengan mimik kesal)
Alia                 : Es teh manis satu gelas (tanpa melihat Airi)
Airi                  : Lihat dia, ngomong aja sampe nggak ngeliat kita (memutar mata dan mendengus kesal)
Faras                : Sudah.. Sudah.. biar aku saja yang memesan. (bangkit berdiri)
Airi                  : Ras, aku seperti biasa ya. Thanks
(Faras lalu berjalan menuju penjual minuman dan mulai memesan. Sementara itu, Airi, Alia dan Mira lanjut mengobrol)
Airi                  : Candra kemana sih ? kok dari tadi ndak kelihatan.
Mira                 : Kudengar dia dan band-nya akan mengisi acara perpisahan kita nanti. Mungkin sekarang dia lagi latihan.
Airi                  : Begitu ya, nggak terasa sebentar lagi kita lulus. Kamu udah kepikiran belum mau melanjutkan kemana ?
Mira                 : (Melamun)
Airi                  : Mir..Mira (mengibaskan tangan di depan wajah Mira)
Mira                 : (Terkejut) ya.. kau bilang apa tadi ?
Airi                  : Kamu akhir-akhir ini kok sering melamun. Lagi ada masalah ya ?
Mira                 : Ti..dak. Bukan apa-apa (dengan raut wajah gugup, menarik napas) Tadi kamu bilang apa ?
Airi                  : Bukan hal penting. Lupakan saja.
Mira                 : Oh..
Airi                  :  (Memandang ke arah Candra) Oh itu Candra.
(Masuk panggung sambil tersenyum kepada teman-temannya. Sebelah tangan membawa minuman yang sudah habis setengah)
Candra                        : Hai ! (duduk)
Mira, Airi        : Hai !
Candra                        : Ngomongin apa ?
Alia                 : Ngomongin kamu dan mau kemana kita setelah SMP. (Alia menutup buku dan tersenyum kepada Candra) Hai !
Candra                        : (Tersenyum membalas sapaan Alia) Memangnya aku kenapa ?
Airi                  : Kupikir kamu nggak dengerin obrolan kita.
Alia                 : Yah.. kalau aku diam saja seperti patung, untuk apa aku disini. Mending aku di kelas kan ? (tersenyum senang melihat minuman mereka datang)
Faras                : Ini minuman kalian.
Semuanya        : Thanks. (mengambil minumannya masing-masing)
(Gio masuk panggung dan duduk di meja kantin yang lain)
Alia                 : Dia anak baru itu kan ?
Candra                        : Ya.. kudengar namanya Gio dan permainan gitarnya benar-benar keren.
Faras                : Darimana kau tahu ?
Candra                        : Hm... tak sengaja ku dengar saat dia di ruang guru.
Faras                : Kenapa dia disana ?
Candra                        : Entahlah.
Airi                  : Sebentar ya. (bangkit)
Alia                 : Mau kemana dia ?
(Airi menghampiri Gio yang saat itu sedang asyik minum minumannya)
Airi                  : Gio, kata ibuku pulang sekolah kamu pulang ke rumahku dulu. Tante Reta akan pulang larut malam, kau tahu, kan ?
Gio                  : (Diam, memandang airi sebentar, lalu kembali meminum minumannya) ya aku tahu, terima kasih.
Airi                  : Jangan menjadi sangat menyebalkan atau (tersenyum) (Berbisik) kejadian itu akan tersebar.
Gio                  : (Terdiam kaku) Jangan sekali-kali kau berani..
Airi                  : Itu tergantung kamu, Mr. Fernandes (kembali ke teman-temannya)
Faras                : Kau dekat dengan anak baru itu.
Airi                  : Dekat ? aku hanya menyampaikan pesan ibuku.
Candra                        : Ya Airi. Dimana kau mengenalnya ? kau terlihat akrab
Airi                  : Akrab ? apanya yang akrab ? Kalian tidak liat dia sangat menyebalkan.
Mira                 : Kelihatannya begitu. Ah.. bukan menyebalkan dia hanya cuek.
Alia                 : Jadi dimana kau kenalan dengan anak itu. Kenalkan aku dong.
Airi                  : Hei, Gio itu sepupuku.
Semuanya        : Apa ?
Airi                  : Jangan seperti itu juga kali. Biasa aja.
Narator             : Mereka kembali mengobrol asyik dengan Gio sebagai topik utama. Sementara di sudut lain kantin. Genk Trihitz –Genk anak popular- sedang mengobrol dengan topik yang sama.
Isabella            `: Well, tadi aku lihat anak baru, keren banget, cool lagi.
Eliza                 : Yang bener ? (senang) Wow… kayaknya kita harus kenalan sama dia nih.  Secara kita selevel gitu.
Kristal             : Biasa aja keles. Kalau emang cool, kok tadi aku lihat dia ngomong sama anak cupu itu.
Isabella &        : Serius ?
Eliza               
Kristal             : Yup.
Isabella            : Yuk samperin si cupu itu (menarik tangan Eliza dan Kristal)
Faras                : Jadi beneran Gio itu sepupu kamu, Airi ?
Isabella            : Apa ? (dengan nada merendahkan) Mana mungkin Gio yang kece itu punya sepupu kayak kamu. Jangan sok-sok ngaku deh.
Airi                  : Faktanya emang gitu kok. Kalau kamu iri bilang aja.
Isabella            : Iri ? sama kamu ? Ih.. Nggak banget..
Eliza                : Ya. Lagipula anak cupu dan membosankan seperti kalian nggak pantes duduk disini. Minggir.
Candra            : Hei !!! (berdiri) Jangan asal ngomong ya.. Ini tempat umum. Dan nggak ada aturan yang melarang kami di sini.
Kristal             : Ih.. Mending kalian jauh-jauh deh dari sini. Enek tahu gak… (memasang wajah mencemooh)
Alia                 : Kami duluan yang disini. Kalian cari tempat lain aja. Masih banyak tuh.
 (Adu mulut tak dapat dihindarkan. Isabella, Eliza dan Kristal mulai memakai cara kasar)
Kristal             : Buku apaan nih ? (mengambil novel Alia) Kampungan banget sih. (melempar novel itu ke lantai)
Alia                 : Jangan. (mengambil novelnya) Kalian tidak bisa menghargai barang orang lain ya. (memandang marah Kristal) Oh ya.. aku lupa kalian kan selalu diberi uang. Dasar anak manja.
Eliza                : Jangan asal ngomong ya. Kalian tidak tahu apa-apa tentang kami.
Alia                 : Oh ya ?
(Perkelahian semakin memanas. Mira berusaha untuk melerai Alia dan Airi yang terus meladeni ejekan dan cemoohan Trihitz. Candra juga terpancing emosinya. Faras bingung melihat tingkah teman-temannya dan ia juga ikut melerai mereka)
Mira                 : Teman-teman. Sudahlah. Tidak enak dipandang semua orang.
Candra            : Mereka sudah keterlaluan, Mira. Perlu diberi pelajaran.
Isabella            : Jangan sok suci deh. (mendorong Mira)
Mira                 : (Terjatuh)
Faras                : Mira.. (menolong Mira berdiri) Kamu keterlaluan banget. Bisanya main kasar. Kalau kalian tidak berhenti, aku bisa saja membawa kalian ke ruang BK.
Eliza                : (Berbisik ke Isabella) Aku ndak ikutan kalau sampai berurusan dengan BK.
Kristal             : Aku ada pertandingan dance. Aku ndak mau kalau sampai gara-gara masalah ini, aku batal tanding.
Isabella            : (Memandang kesal kedua temannya, kemudian memandang Faras dan Mira) Baiklah, kalian semua bisa lepas kali ini. Tapi lain kali, tak ada ampun untuk kalian.
(Mereka bertiga pergi. Faras, Mira, Alia, Candra, dan Airi juga pergi ke kelas mereka)
ùùù
Babak II
(Panggung menggambarkan keadaan kelas yang sunyi. Hanya ada Mira yang sedang tertidur pulas sambil mengenakan earphone)
Gio                  : (Masuk ke kelas, matanya menelusuri setiap sudut kelas, seperti sedang mencari sesuatu. Lewat disamping Mira. Matanya kemudian tertuju pada sebuah binder. Binder tersebut berisi bermacam not balok. Dengan wajah datar, Gio melihat-lihat isi binder tersebut)
Mira                 : Ayah… jangan ayah.. hentikan… jangan sakiti ibu.. kumohon.. ayah..
Gio                  : (Memandang Mira dengan kening berkerut seperti sedang berpikir keras. Matanya kembali memandang tulisan awut-awutan Mira. Gio tertegun saat melihat tulisan Yuri Mira di kertas paling depan)Apa ! Dia… (dengan suara pelan)
Mira                 : (Terbangun tiba-tiba dan terkejut saat melihat Gio memegang binder miliknya yang terbuka) Gio…(menarik bindernya dari Gio) Kamu apakan bukuku ? berani-beraninya melihat privasi orang (memandang Gio dengan tajam)
Gio                  : (Tatapan tidak bersalah) Ternyata aku terkenal juga. Aku tidak ingat kita pernah kenalan.
Mira                 : (Melihat jam tangan. Lalu menulis sesuatu di bindernya) Ada apa kamu di sini ? Bukannya kelas kamu di sebelah.
Gio                  : Oh ya, gitar Candra ada dimana ?
Mira                 : Di pojok belakang. Yang warna abu-abu.
Gio                  : Omong-omong, kamu pandai bermain piano, ya ? (berjalan mengambil gitar)
Mira                 : Tidak.
Gio                  : Jangan bohong. Aku sering melihatmu bermain piano. Yuri. (tersenyum)
Mira                 : (Gugup, menggigit bibir) darimana kau tahu ?
Gio                  : Ah.. kan. Ternyata dugaanku benar. Kupikir kau orang Jepang.
Mira                 : Ya.. sedikit.
Gio                  : Kenapa kamu tidur di sini ? Bukankah sudah waktu pulang  ? (Mengambil gitar yang ada di pojok kelas)
Mira                 : Belajar. (Memandang Gio) mau kau bawa kemana gitar Candra ?
Gio                  : Dia menyuruhku mengambilnya.
Mira                 : Benarkah ?
Gio                  : Aku tidak akan mencurinya.
Mira                 : Bukan seperti itu. (menundukkan wajah seperti malu)
Gio                  : Oh ya (Berbalik sebelum keluar kelas) Jika kau ingin bertanya tentang   Australia. Aku akan dengan senang hati menjelaskannya.
Candra            : (Masuk kelas) Gio.. ngambil gitar aja kok lama banget. (Memandang Mira) Oh hai Mira.. (Menarik paksa Gio) Kita duluan ya Mira.
(Mira mengemaskan bukunya dan pergi keluar kelas)
ùùù
Babak III
Narator            : Sejak percakapan tersebut. Gio menjadi lebih lembut dan perhatian kepada Mira. Mereka sering berbincang mengenai sekolah Gio di Australia. Sikap baik ini hanya ia tunjukkan kepada Mira, kepada siswa yang lain, Gio tetaplah Gio yang cuek dan selalu bersikap dingin. Hingga suatu hari… Mira pergi ke sebuah taman yang selalu menjadi tempatnya melepaskan semua perasaan dan masalahnya. Tak seorangpun sahabatnya yang tahu, kecuali…
(Mira masuk panggung dan duduk di sebuah bangku taman)
Mira                 : (Memakai earphone dan menutup mata)
Gio                  : (Datang dari belakang) Jangan terlalu memaksa (duduk di samping Mira)
Mira                 : (Memandang Gio, terkejut) Darimana ? Darimana kau tahu ?
Gio                  : Itu bukan hal yang sulit (mengeluarkan sebuah kalung) ini untukmu (menyerahkan pada Mira)
Mira                 : Ini apa ? (memandang kalung) cantiknya… terima kasih (tersenyum senang)
Gio                  : Jaga baik-baik ya (meninggalkan panggung)
Narator            : Saking senangnya, Mira tidak menyadari Eliza menguping pembicaraan mereka. Merasa mendapat info bagus, Eliza segera memberitahu Isabella dan Kristal.
Eliza                : (Berlari terburu-buru menghampiri Kristal dan Isabella) aku punya berita yang menarik.
Kristal             : Apaan ? Please jangan yang aneh-aneh.
Eliza                : Tadi aku lihat Gio memberi Mira sebuah kalung.
Isabella            : Ih.. paling kalung murahan.
Eliza                : Nggak, kalung itu kelihatan mewah banget !
Isabella            : Yakin ?
Eliza                : 100 % yakin.
Isabella            : Aku ada rencana.
Kristal             : Apaan tuh ?
Isabella            : Liat aja nanti.
(Sepulang sekolah, Trihitz menghampiri Mira dkk.)
Trihitz              : Hai !
Airi                  : Ngapain kalian di sini ?
Alia                 : Bukankah kalian selalu jahat sama kami ?
Faras                : Oh.. sudahlah. Katakan saja apa mau kalian.
Candra            : Aku yakin kalian punya niat jahat sama kami.
Mira                 : Teman-teman kita tidak boleh berpikiran buruk sama orang lain. Ada apa Isabel ?
Isabella            : Mira, mau nggak pulang bareng. Aku, Kristal dan Eliza minta diajarin pelajaran musik dong. Ada beberapa materi yang nggak ngerti nih.
Kristal             : Mau dong ya, please..
Candra            : (Berbisik) mending nggak usah, Mira. Nanti kamu pasti diapa-apain sama mereka.
Airi                  : (Berbisik) iya.. kamu kan tahu mereka selalu jahat sama kamu.
Mira                 : Tapi kan mereka cuman minta diajarin. Nggak apa-apa ya ?
Faras                : Terserah kamu deh, yang penting hati-hati ya.
Mira                 : Makasih ya. Aku pergi dulu.
Semua             : Bye !
(Mira dan Trihitz berjalan menyusuri koridor sekolah)
Isabella            : Kita ke kelas dulu yuk.
Mira                 : Memangnya ada apa ?
Isabella            : Ada beberapa barang kami yang ketinggalan, ya kan Eliza, Kristal ? (menoleh ke Eliza dan Kristal sambil memberi isyarat)
Kristal             : Eh.. iya.. ya.. benar.
Eliza                : Oh.. iya.. sekalian ada buku aku yang ketinggalan.
Mira                 : Ya udah yuk.
(Sesampainya di kelas)
Isabella            : Dimana ya bukuku ?
Eliza                : Aduh.. aku kebelet nih. Kristal, temenin aku ke WC dong.
Kristal             : Ih.. manja banget sih.
Eliza                : (Melotot ke arah Kristal) ini udah sepi banget, aku takut, yuk (langsung menarik lengan Kristal)
Mira                 : Hei, apaan ini. Inikan buku musik (mengambil sebuah buku di bangku Gio)
Isabella            : Eh.. mama aku nelpon, aku keluar dulu ya.
Mira                 : Iya.. (dengan acuh tak acuh karena pandangan fokus ke buku Gio)
(Ngiik…Bruk.. Pintu tertutup dan dikunci Trihitz)
Mira                 : Oh tidak. Kumohon keluarkan aku Isabel. Keluarkan aku.
Isabella            : Hahaha.. makanya jangan berani ngelawan Trihitz.
Kristal &         : Bye Mira… (dengan nada mengejek)
Eliza
(Sedangkan teman-teman Mira mengetahui rencana Trihitz)
Mira                 : Tolong…
Faras                : Tenang Mira. Kami akan menolongmu… Alia mana kuncinya ?
Alia                 : Ini.. (meenyodorkan sebuah kunci)
Mira                 : Terima kasih teman-teman. Kalian memang sahabat terbaikku.
Airi                  : Tenang Mira. Kami akan selalu berada di sampingmu, di saat kau senang maupun susah.
Faras                : Karena kita adalah …
Semuanya        : Sahabat !!!
Mira                 : Aku nggak ngerti kenapa Trihitz jahat banget sama aku.
Candra            : (Datang dari belakang) Tenang aja semuanya sudah kuatur.
Sedangkan di parkiran…
Isabella            : Hahaha… rasain si Mira.
Eliza                : Pasti sekarang dia sudah ketakutan sendirian.
Kristal             : Ih… nanti dia bakalan tidur bareng tikus.
Isabella            : Stoooop….
Eliza                : Ada apa lagi ?
Isabella            : Mobilku. Bannya kempes.
Kristal             : Oh.. tidak.. mending aku naik taksi aja. Bye !!!
Eliza                : Kristal.. Ikut… Bye Isabel.
Isabella            : Hey kalian… Kemari.. berani-beraninya kalian. Awas aja nanti ya, Heeei…
ùùù
Babak IV
(Panggung menggambarkan kantin sekolah yang penuh sesak)
Trihitz              : (Masuk panggung)
Eliza                : Hei… berdiri kamu, Mira..
Mira                 : (Ekspresi bingung)
Isabella            : Yang jadi pemimpin disini siapa ? (memandang Eliza dengan marah)
Eliza                : Eh.. Iya..(bingung, sambil menggaruk kepala)
Isabella            : (Tersenyum puas) (Memandang Mira) Berdiri
Alia                 : Ada apa sih ?
Candra            : Mau cari masalah lagi ? (berdiri dan memandang tajam Isabella)
Eliza                : Diam aja kalian. Jangan ikut campur.
Kristal             : (Menarik lengan Mira) Bisa berdiri nggak sih ?
Mira                 : (Berdiri) Ada apa sih ?
Faras                : Jangan main kasar dong (menepis lengan Kristal)
Kristal              : Hey..
Isabella            : (Mengangkat sebelah tangan) Stop. Apa sih maksud kamu ?  Deket-deket sama Gio. Cari perhatian banget sih.
Mira                 : Aku ? Cari perhatian ? Kamu ngomong apaan sih Bella
Eliza                : Jangan sok bego deh. Jelas-jelas kamu setiap hari tebar pesona sama Gio.
Alia                 : Bel.. jangan nuduh-nuduh gitu.
Isabella            : Aku membicarakan fakta di sini.
Airi                  : Fakta darimana ? kamu hanya asal nuduh.
Kristal              : Diam kamu..
Mira                 : Aku tidak pernah tebar pesona apalagi cari perhatian sama Gio. Aku hanya..
Isabella            : Bisanya ngeles aja. Jangan banyak alasan. (hendak memukul Mira)
Mira                 : (Menutup mata)
(Candra  dan Gio masuk panggung)
Candra            : Berhenti… (Menghampiri mereka semua)
Gio                  : (Tanpa ekspresi mengikuti langkah Candra) (menarik Mira menjauh dari Isabella)
Mira                 : (Membuka mata dan terkejut menyadari Gio memegang lengannya)
Eliza                : Apaan sih. Ganggu aja.
Isabella            : (Menyadari keberadaan Gio) Eh Gio... (tersenyum manis) Kamu makin ganteng aja. Apa kabar ?
Gio                  : Jangan bikin keributan di sini.
Isabella            : Kita ?.. Ndak kok.
Gio                  : Mending kalian cari tempat lain kalau mau ribut.
Kristal             : (berbisik ke Isabella dan Eliza) Sebaiknya kita pergi. Kalian tidak mau melihat Gio marah, kan ?
Isabella            : Memangnya kenapa ?
Eliza                : Aku jamin itu benar-benar menakutkan. Sebaiknya kita pergi Bella.
Isabella            : Apa ? Kalian ini kenapa sih ?
Kristal             : Oh ya aku lupa. Kita kan ada latihan dance. Kita pergi dulu ya Gio.
Eliza                : Bye Gio. (Menarik tangan Isabella)
Isabella            : Dah.. Gio (mengedipkan mata)
(Genk popular meninggalkan panggung)
Mira                 : (Melepaskan diri dari Gio) Aku harus pergi. (Pergi dengan wajah shock)
Gio                  : (Terkejut melihat reaksi Mira tapi tak berbuat apa-apa)
Candra            : Dia kenapa ?
Faras                : Entahlah.
Alia                 : Biarkan saja. Dia sudah mempunyai cukup masalah tanpa harus ditambah masalah ini.
Gio                  : Lebih baik kalian memanfaatkan kesempatan kalian sekarang untuk menghibur Yu… maksudku Mira sebelum dia pergi ke Australia.
Airi                  : Apa ? Kok dia tidak pernah cerita ?
Gio                  : (Meninggalkan mereka)
Candra                        : Airi… Kamu lupa ya ? tiga bulan lagi kan Mira akan pergi ke Australia.
Alia                 : Airi.. Airi.. (geleng-geleng kepala) kemana aja sih kamu. Teman mau pergi aja nggak tahu.
Airi                  : Tapi.. (berusaha mengingat) teman-teman tunggu… (berlari mengejar yang lain)
(Semuanya meninggalkan panggung)

ùùù
Babak V
Epilog
Setelah 3 bulan. Di bandara
Narator            : Beberapa bulan setelah kejadian tersebut, Mira akan pergi ke Australia, melanjutkan sekolahnya di sana sekaligus ikut ayahnya. Genk Trihitz semakin jarang mencari masalah dengan Mira dan teman-temannya. Apalagi secara terang-terangan Gio membela Mira waktu itu.
Candra            : Kami akan merindukanmu Mira..
Alia                 : Ya.. jaga diri baik-baik
Faras                : Jangan lupa sama kami lho..
Airi                  : Sering-sering mengabari kami keadaan di sana ya…
Mira                 : Ya teman-teman. (berpelukan) Kalian juga. (melepas pelukan) Sampai nanti.                     Aku pergi dulu ya
Airi                  : Tunggu Mir.. Ada titipan dari Gio (Menyodorkan sebuah surat)
Mira                 : Thanks ya. Sampaikan salamku untuk Gio juga ya. (pergi menjauh)(membuka surat)(membaca isi surat)(tersenyum) sampai jumpa lagi di masa yang akan datang teman-teman. (menutup surat dan melangkah pergi)