Dua menit lagi..
Yui melirik jam dinding
sementara jarinya masih berkutat dengan jarum dan benang rajut. Sebuah syal
hangat yang hampir jadi terlihat di pangkuannya. Yui melirik jam untuk kesekian
kalinya. Dengan satu sentakan, Yui memutus benang wol terakhir.
Lima belas menit lagi…
Yui segera mengenakan
jaket hangatnya dan mengambil sepeda tuanya di garasi. Tak lupa syal hangat itu
ia bawa. Angin musim dingin menerpa
wajahnya, dia menggigil. Yui lalu mengayuh sepedanya dengan kecepatan tinggi. Tak
peduli hari semakin gelap dan dingin.
Tok..Tok..Tok..
Yui memandang pintu
besar yang terbuka di depannya. “Kau terlambat, Yui. Ichi sudah pergi. Semenit
yang lalu.” Seorang gadis cantik tersenyum mengejek padanya.
Setelah mengucap salam,
Yui merasa sebagian semangatnya menguap dan menyatu dengan dinginnya udara. Dia
membawa sepedanya ke sebuah taman. Taman yang membuatnya rela belajar merajut
demi seseorang. Seseorang yang sekarang telah pergi.
Yui menatap syal hangat
buatannya. Syal yang ia buat dengan sepenuh hati. Tanpa bisa ia tahan, air
matanya jatuh. Sepertinya langit tahu, seketika itu juga salju pertama jatuh. Menemani
Yui tanpa bisa seorangpun mencegah.
Ada yang pernah ngalamin kayak gitu ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar